Rabu, 09 November 2011

Ayoo !! Budayakan Membaca

Membaca, kita semua pasti sudah diajarkan membaca sejak dini oleh orang tua kita atau guru-guru kita dulu. Itu merupakan salah satu tujuan kita bersekolah, agar kita bisa membaca. Tapi sangat disayangkan karena masih banyak anak-anak bahkan orang dewasa yang tidak bisa membaca. Banyak faktor yang menyebakan mereka tidak bisa membaca. Salah satunya faktor kemiskinan, yang membuat mereka tidak mampu untuk membayar biaya untuk sekolah.

Semua orang pasti suka membaca. Dengan hobi membaca kita bisa menambah pengetahuan dan wawasan kita yang sebelumnya belum kita ketahui. Kita tidak melulu harus suka membaca dari buku-buku yang tebal. Adanya internet misalnya, kita bisa mendapatkan tambahan banyak pengetahuan dan wawasan dengan membaca artikel-artikel yang terdapat dalam situs-situs di internet.

Banyak cara untuk membudayakan membaca, kita khususnya sebagai mahasiswa atau pun mahasiswi pasti cepat bosan jika harus banyak membaca. Kebosanan tersebut dapat kita hindari dengan memilih tempat mambaca yang tidak membosankan. Seperti sekarang ini banyak cafe-cafe atau pun tempat makan yang menyediakan perpustakaan mini, buku-buku yang disediakan juga tidak kalah menarik dari toko buku. Dengan memilih tempat yang menarik tersebut, minat kita untuk membaca pun semakin tinggi.

Hobi membaca juga bisa kita tularkan ke orang lain dengan membuka perpustakaan kecil disamping rumah kita dan membukanya untuk umum. Buku-buku yang disediakan bisa kita dapatkan dari buku yang sudah selesai kita baca atau dari sumbangan teman-teman. Hal tersebut juga dapat membantu mereka yang tidak bisa bersekolah untuk tetap bisa belajar membaca. Selain itu cara lain untuk membudayakan membaca dapat kita tularkan dengan meminjamkan buku yang kita punya kepada teman-teman kita di kampus atau pun disekolah.

Ayooo ,mulai sekarang budayakan membaca agar kita tidak lemah wawasan dan pengetahuan ^^

Fotocopy yang Ramah Lingkungan

Bagi kita seorang mahasiswa, fotocopy bukan hal yang asing lagi. Usaha menjual jasa fotocopy pun, menjadi salah satu usaha yang menjajikan apalagi di sekitar kampus. Pasti kita akan banyak menjumpai usaha fotocopy tersebut, karena banyak mahasiswa atau mahasiswi yang membutuhkan jasa tersebut untuk membantu tugas perkuliahan. Misalnya, jika kita tidak sempat untuk mencatat materi dari dosen kita bisa meminjam catatan teman kemudian memfotocopynya sehingga kita tidak ketinggalan materi dari dosen. Atau misalnya untuk memfotocopy atau memperbanyak tugas-tugas dari dosen. Jasa fotocopy juga lebih murah dibandingkan harus mencetak dengan alat printer. Itu sebabnya fotocopy sangat dibutuhkan oleh mahasiswa atau pun mahasiswi.

Tetapi sekarang yang akan saya bahas adalah bagaimana menciptakan fotocopy yang ramah lingkungan ? Untuk menciptakan fotocopy yang ramah lingkungan, kita bisa mewujudkan hal tersbut dari hal yang terkecil dulu. Kita semua tahu bahwa selain alat fotocopy, kertas sangat dibutuhkan untuk jasa fotocopy ini. Kertas memiliki dua sisi, depan dan belakang. Biasanya kita hanya mempergunakan satu sisi untuk fotocopy dan menggunakan kertas lain untuk fotocopy yang lainnya. Padahal sisi lain dari kertas yang masih kosong dapat kita gunakan lagi untuk fotocopy. Jika kedua sisi tersebut dapat digunakan maka kita bisa menghemat kertas yang kita gunakan. Bahan baku kertas yang kita gunakan berasal dari pohon, yaitu kulit kayu. Dengan menghemat kertas, berarti kita telah menghemat bahan baku kertas tersebut, itu berarti kita juga ikut melestarikan lingkungan agar tidak semakin banyak pohon yang ditebang dan digunakan untuk membuat bahan baku kertas. Selain itu dengan menghemat kertas, tidak banyak kertas yang terbuang dan menyebabkan sampah.

Mari ciptakan fotocopy yang ramah lingkungan !! ^^

Baik dan Buruk Pengaruh Iklan di Televisi

Media iklan memang menjadi salah satu alat untuk mempromosikan barang ataupun jasa dari sebuah perusahaan. Maraknya media iklan di televisi ternyata tidak selamanya membawa pengaruh baik bagi masyarakat, khususnya bagi mereka yang hobi menonton televisi dan tentunya untuk anak-anak.

Tanpa disadari, pola hidup kita menjadi konsumtif. Apapun yang ditayangkan dan dipromosikan di televisi, kita berusaha untuk membeli atau memakai produk dan jasa tersebut. Padahal kita tahu, tidak semua produk yang dipromosikan di televisi benar-benar bermanfaat untuk kita. Iklan yang ditayang di televisi, dibuat dan dismapaikan secara berlebihan dan tidak jujur. Bahkan terkesan hanya memunculkan sisi kelebihan untuk menjaring keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) dan menutupi kenyataan keburukan dari suatu produk yang sebenarnya ada (non konsumen oriented) pada sisi lainnya.

Positifnya, iklan yang ditayangkan di televisi dapat membantu kita untuk mengetahui produk atau jasa apa saja yang sedang unggul atau banyak dibicarakan sakarang ini. Negatifnya, seperti apa yang telah saya singgung sebelumnya bahwa iklan membuat pola hidup kita menjadi lebih konsumtif. Hal ini sangat tidak baik bagi anak-anak atau remaja yang dapat mudah terpengaruh apa yang mereka lihat atau dengar. Selain itu juga membuat mereka menjadi cenderung berpikir instan, dalam artian apa yang mereka inginkan dapat mereka dapatkan dengan cepat dan mudah tanpa berusaha.

Oleh karena itu, jika anak-anak ikut menonton tayangan atau iklan di televisi kita harus sebisa mungkin menjelaskan apa maksud dari tayangan iklan tersebut. Agar mereka tidak begitu saja menerima dan mempercayai apa yang mereka lihat dari tayangan tersebut.

KETIKA BERWIRAUSAHA HARUS MENJADI PILIHANKU

Setelah lulus kuliah dan menjadi sarjana, saya hanya berpikir bagaimana caranya untuk cepat mendapatkan pekerjaan di sebuah kantor atau Bank. Tetapi setelah melihat semakin banyaknya pengangguran di Indonesia, berwirausaha menjadi salah satu pilihan baru untuk saya atau bahkan untuk kebanyakan orang saat ini. Jika kita sukses menjadi seorang wirausahawan hasilnya lebih menjanjikan dibandingkan hanya menjadi seorang pegawai atau karyawati di kantor.

Untuk memulai berwirausaha kita tidak harus mengeluarkan modal yang banyak. Kita bisa mulai dari usaha kecil-kecilan dengan modal yang mungkin tidak seberapa, yang terpenting kita bisa menghasilkan laba dan usaha yang kita jalani bisa terus bertahan dan berkelanjutan. Menjadi seorang wirausahawan juga tidak mudah, harus memiliki kreatifitas yang tinggi dan kemampuan untuk mengatur strategi penjualan agar dapat meningkatkan hasil produksi.

Saya pun semakin tertarik untuk menjadi seorang wirausahawan. Bayangkan saja, setiap hari kita masih bisa mendapatkan uang dari hasil penjualan walaupun mungkin awalnya tidak seberapa. Sedangkan jika menjadi seorang pegawai, kita hanya bisa mendapatkan hasil sebulan sekali selama kita bekerja. Mungkin harus lembur dulu untuk bisa mendapatkan hasil lebih. Belum lagi jika kita mendapatkan atasan yang terlalu banyak memerintah dan seenaknya dengan pegawai, tentu akan menambah rasa lelah setelah seharian mngerjakan pekerjaan kantor. Berbeda dengan berwirausaha, disini kita yang dapat memutuskan sendiri kapan dan apa yang akan kita kerjakan dan bahkan kita dapat membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan. Bukan kita yang harus menunggu gaji sebulan sekali, tapi kita yang akan memberikan gaji untuk para pegawai kita.

LAPORAN DAN USUL

B. USUL

1. Pengertian Usul.

Yang dimaksud dengan usul atau proposal adalah suatu saran atau permintaan kepada seseorang atau suatu badan untuk mengerjakan atau melakukan suatu pekerjaan. Dapat pula terjadi bahwa usul atau proposal itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk dikerjakan oleh orang atau badan yang mengajukan usul tersebut, tetapi dengan maksud agar orang atau badan yang menerima usul itu dapat melakukan apa yang diharapkan dalam proposal tersebut.

2. Sifat dan Jenis Usul.

Usul dibuat berdasarkan sesuatu yang belum ada. Walaupun barang yang diusulkan itu belum ada, penulis usul harus merangkaikannya dengan sedemikian rupa sehingga dapat meyakinkan bahwa penulis usul, entah perseorangan atau suatu organisasi, akan sanggup melaksanakan pekerjaan yang direncanakan dan diusulkannya.

Macam-macam bidang yang dewasa ini bisa dijadikan sasaran usul yang bersifat bisnis adalah : penelitian, pengembangan, perencanaan dan pemasaran. Penelitian murni biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga ilmiah atau perguruan tinggi berdasarkan permintaan dari suatu badan atau dilakukan oleh badan-badan tersebut dengan dana dari badan-badan filantropis, semata-mata untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Usul lain yang lebih sering dijumpai adalah perencanaan.

Seperti halnya dengan laporan, usul masih dapat dibedakan lagi berdasarkan bentuknya, yaitu usul formal, bentuk usul semi formal dan non-formal.

3. Usul Non-Formal.

Usul non-formal atau semi formal merupakan variasi dari bentuk formal, karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu. Usul-usul yang bersifat non-formal bentuknya beraneka ragam, tergantung dari penulis atau kesepakatan antara penulis dan penerima usul. Kadang-kadang usul non-formal disampaikan juga dalam bentuk memorandum atau surat.

Sebuah usul non-formal selalu harus mengandung hal-hal berikut :

a. Masalah.

Masalah yang disampaikan dalam sebuah usul, haruslah dirumuskan dengan jelas. Penulis harus mengadakan identifikasi masalah yang akan dihadapi dengan cermat, menggambarkan latar belakang atau sejarah persoalan yang dihadapi, serta menunjukkan betapa pentingnya masalah itu dilaksanakan atau diselesaikan sekarang juga.

b. Saran Pemecahan.

Saran-saran yang disampaikan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, merupakan inti dan sasaran utama dari setiap usul. Penulis berusaha menampilkan jalan-jalan keluar yang dianggapnya paling baik untuk mengatasi atau menyelesaikan pekerjaan yang dihadapi.

c. Permohonan.

Untuk menutup usulnya, penulis menyampaikan permohonan untuk melaksanakan pekerjaan yang khusus itu atau bersedia menyampaikan informasi yang diperlukan untuk keluar dari masalah yang dihadapi itu. Ia harus merumuskan dengan tegas apa yang ingin dikerjakan. Perumusan yang tegas akan memudahkan penerima usul untuk memberikan pertimbangan dan dapat segera pula menjawab permohonan itu.

4. Usul Formal.

Usul formal adalah usul yang memenuhi persyaratan bentuk tertentu. Dalam usul formal sekurang-kurangnya ada tiga bagian utama, yaitu :

4.1 Bagian Pelengkap Pendahuluan.

Beberapa bagian yang mutlak perlu dimasukkan dalam bagian pelengkap pendahuluan ialah :

a. Surat Pengantar atau Memorandum Pengantar.

Surat Pengantar atau memorandum pengantar fungsinya sama dengan penyerahan atau surat pengantar pada sebuah laporan. Surat pengantar sebuah usul antara lain berisi : alasan-alasan mengapa penulis menyampaikan usul dengan mengacu kepada surat, pertemuan atau iklan yang menawarkan kepada umum untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu.

b. Sampul dan Halaman Judul.

Sampul dan halaman judul sebenarnya berbeda. Pada sampul dan halaman judul dicantumkan identifikasi jenis tulisan itu yaitu usul, judul usul, nomer pengenal kalau ada, yang biasanya dihubungkan dengan nomer penawaran. Dibawahnya lagi dicantumkan tanggal penyerahan dan tanggal akhir penyelesaian tugas yang akan dikerjakan.

c. Ikhtisar atau Abstrak.

Ikhtisar atau abstrak menyampaikan inti sari dari masalah dan cara pemecahan yang disampaikan dalam usul tersebut.

d. Daftar Isi.

Daftar isi memuat rekapitulasi dari semua judul utama dan judul bawahan yang terdapat dalam seluruh usul itu.

e. Penegasan Permohonan.

Perumusan bagian ini harus koheren dengan isi seluruh usul yang disampaikan karena bagian ini sering digunakan untuk memberikan penilaian usul mana yang dapat diterima.

4.2 Isi Usul.

Isi usul memuat uraian yang terperinci dari pekerjaan atau tugas yang akan dilakukan. Perincian isi sebuah usul tidak perlu seragam, karena masalah-masalah yang akan dikerjakan berbeda-beda sifatnya, situasinya pun tidak sama bahkan pada pekerjaan-pekerjaan yang dianggap serius.

Beberapa topik di bawah ini selalu akan dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam isi sebuah usul, antara lain :

a. Pembatasan Masalah.

Pembatasan pengertian atas masalah yang dihadapi merupakan suatu hal yang pertama-tama harus dilakukan. Dengan batasan yang diberikan pada awal usul itu, dapat diletakkan landasan pengertian yang sama antara kedua belah pihak.

b. Latar Belakang.

Sejarah atau latar belakang masalah yang diuraikan perlu pula dikemukakan. Jalan keluar yang disarankan hanya akan efektif kalau dipertimbangkan pula semua latar belakang dan sejarahnya. Semakin jelas pertalian masalah itu dengan semua persoalan sekitar akan lebih meyakinkan penerima usul

c. Luas Lingkup.

Membatasi luas lingkup persoalan yang dihadapi akan membawa manfaat dapat melihat duduk persoalannya dengan jelas bagi penulis.

d. Metodologi.

Merupakan kerangka teoritis yang dipergunakan oleh penulis untuk menganalisa, mengerjakan atau mengatasi masalah yang dihadapi.

e. Fasilitas.

Fasilitas-fasilitas tertentu diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

f. Personalia.

Merupakan salah satu faktor yang turut diperhitungkan oleh penerima usul karena penulis usul harus menyertakan daftar susunan personalia.

g. Keuntungan dan Kerugian.

Keuntungan dan kerugian lebih baik turut dikemukakan agar dapat lebih meyakinkan penerima usul bahwa biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia dengan hasil yang diperoleh.

h. Lama Waktu.

Dalam usul lama waktu pekerjaan juga harus dijelaskan agar diketahui kapan dapat diselesaikan.

i. Biaya.

Biaya merupakan salah satu topik yang akan sangat diperhatikan oleh penerima usul.

j. Laporan.

Untuk mengikuti tahap pelaksanaan dengan cermat, penulis usul juga memperkirakan tahap-tahap pelaporan kemajuan pekerjaan yang akan dikerjakan.

4.3 Bagian Pelengkap Penutup.

Bagian ini sama dengan laporan dan tulisan formal yang lain, berisi bahan kepustakaan, lampiran-lampiran gambar, tabel dan sebagainya yang dipergunakan dalam usul itu.

Sumber : Gorys, keraf . 1994 . Komposisi . NTT . Penerbit : Nusa Indah .

LAPORAN DAN USUL

A. LAPORAN

1. Pengertian Laporan .

Laporan merupakan suatu jenis dokumen yang sangat bervariasi bentuknya, dan oleh sebab itu sukar diberi suatu batasan pengertian yang jelas. Variasinya mulai dari suatu bentuk laporan sederhana berbentuk angka-angka sebagai suatu gambaran mengenai perkembangan suatu persoalan, sampai kepada laporan yang terdiri dari beberapa jilid buku yang masing-masing terdiri dari ratusan halaman. Ada yang berbentuk isian formulir-formulir yang standar, ada yang berbentuk surat, ada pula yang berbentuk buku.

Laporan merupakan unsur yang sangat penting, terutama dalam menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan. Dalam menulis laporan, penulis laporan harus menyadari dan berusaha agar apa yang disampaikan merupakan hal-hal yag penting, bukan mengenai pengalaman-pengalaman pribadi atau hal-hal yang kurang penting bila dibandingkan dengan msalah yang dihadapi.

Dari penjelasan di atas, maka kita dapat mengatakan bahwa laporan adalah suatu cara komunikasi di mana penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Karena laporan yang dimaksud sering mengambil bentuk tertulis, maka dapat pula dikatakan bahwa laporan merupakan suatu macam dokumen yang menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah dselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang diserahkan kepada pemikiran dan tidakan yang akan diambil.

2. Dasar – Dasar Laporan.

Sebuah laporan bertolak dari beberapa dasar, yaitu :

a. Pemberi Laporan.

Laporan melibatkan orang atau pihak yang memberi laporan. Pemberi laporan dapat berupa perseorangan, sebuah panitiayang ditugaskan untuk maksud tertentu. Atau laporan dapat pula dibuat oleh perorangan atau badan kepada seseorang atau instansi yang dianggap perlu mengetahuinya walaupun tidak diminta.

b. Penerima Laporan.

Laporan bukan hanya dibuat oleh seorang atau suatu badan, tetapi laporan juga ditujukan atau akan disampaikan kepada seseorang atau suatu badan. Yang menerima laporan itu adalah orang atau badan yang menugaskan atau orang atau badan yang dianggap perlu mendapatkan laporan itu.

c. Tujuan Laporan.

Tujuan Laporan pada umumnya berkisar pada hal-hal seperti, untuk mengatasi suatu masalah, untuk mengambil suatu keputusan yang lebih efektif, mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah, untuk mengadakan pengawasan dan perbaikan, untuk menemukan teknik-teknik baru dan sebagainya.

3. Sifat Laporan.

Sebuah Laporan akan dianggap baik atau buruk tergantung dari keberhasilannya dalam memenuhi fungsinya yaitu mempengaruhi pembaca seperti yang diharapkan. Hasil yang diharapkan dapat berwujud perbaikan, perkembangan, penegasan sikap, pengambilan keputusan, sejalan dengan laporan itu.

Hasil tersebut dapat dicapai bila sifat laporan itu baik. Laporan yang baik harus ditulis dalam bahasa yang baik dan jelas. Bahasa yang baik dan jelas dapat menimbulkan pengertian yang tepat, bukan atau sugesti. Isinya juga harus diurutkan dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat masuk akal. Fakta-fakta atau bahan-bahan yang disajikan pelapor pun harus dapat menimbulkan kepercayaan, terutama bila lapoan iu dimaksudkan untuk mengambil suatu tindakan tertentu.

Laporan juga harus mengandung imajinasi. Penegrtian imajinasi disini meliputi masalah, pelapor harus tahu secara tepat siapa yang akan menerima laporan itu, berapa dalam pengetahuannya mengenai masalah atau soal yang dilaporkan, berapa jauh mereka perlu mengetahui persoalan itu. Bagaimana sibuknya penerima laporan sehari-hari, sehingga susunan laporan itu harus disesuaikan dengan irama kesibukkannya. Bagaimana selera penerima laporan.

Laporan yang dibuat harus sempurna dan komplit, yang berarti tidak boleh ada hal-hal yang diabaikan bila hal-hal itu diperlukan untuk memperkuat kesimpulan dalam laporan itu. Tidak diperbolehkan juga memasukkan hal-hal yang menyimpang, yang mengandung prasangka atau memihak.

Penulis laporan juga bukan sekedar menyampaikan sebuah laporan, tetapi juga inginkan hasil dari laporan itu. Untuk itu ia harus mengusahakan agar laporannya menarik. Laporan itu menarik bukan karena penerima laporan memerlukan laporan itu, tetapi karena nilainya bagi orang itu.

4. Macam-Macam Laporan.

Laporan umum ada yang dibuat untuk kepentingan dunia usaha dan ada pula laporan yang dibuat untuk kepentingan pendidikan. Laporan-laporan umum ( untuk perusahaan dsb ) dapat dibagi lagi sesuai dengan bentuk dan maksudnya, antara lain :

a. Laporan berbentuk Formulir Isian.

Laporan semacam ini biasanya bersifat rutin dan seringkali berbentuk angka-angka.

b. Laporan berbentuk Surat.

Laporan semacam ini biasanya tidak banyak mengandung tabel, angka atau sesuatu hal lain yang digolongkan dalam tabel dan angka.

c. Laporan berbentuk Memorandum.

Laporan yang berbentuk memorandum ( saran, nota, catatan pendek ) mirip dengan laporan yang berbentuk surat, namun biasanya lebih singkat.

d. Laporan Perkembangan dan Laporan Keadaan.

Laporan perkembangan adalah suatu macam laporan yang bertujuan untuk menyampaikan perkembangan, perubahan, atau tahap mana yang sudah dicapai. Laporan Keadaan mengandung konotasi bahwa tujuan dari laporan itu menggambarkan kondisi yang ada pada saat laporan itu dibuat.

e. Laporan Berkala.

Laporan semacam ini dibuat dalam jangka waktu tertentu dalam bentuk formulir isian, atau dalam bentuk memorandum.

f. Laporan Laboratoris.

Adalah laporan untuk menyampaikan hasil dari percobaan atau kegiatan yang dilakukan dalam laboratoria.

g. Laporan Formal dan semi-formal.

Laporan formal adalah laporan yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan, sedangkan nadanya bersifat impersonal dan materinya disajikan dalam suatu pola struktur seperti yang terdapat dalam buku-buku. Laporan semi-formal tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, nadanya bersifat impersonal dan bahasa yang Standard.

5. Struktur Laporan Formal.

Struktur dari laporan formal :

a. Halaman Judul.

Halaman judul biasanya pertama memuat pokok atau topik laporan, kedua orang atau badan yang akan menerima laporan, ketiga, orang atau badan yang membuat laporan dan keempat penanggalan laporan.

b. Surat Penyerahan.

Surat penyerahan ( letter of transmittal ) berfungsi sebagai Kata Pengantar pada sebuah buku.

c. Daftar Isi.

Daftar isi memuat rekapitulasi dari semua judul yang ada dalam laporan itu.

d. Ikhtisar dan Abstrak.

Ikhtisar merupakan suatu bagian dari tulisan yang menyampaikan suatu informasi yang penting dari sebuah laporan dalam bentuk yang singkat.

Abstrak adalah suatu bagian uraian yang sangat singkat, jarang lebih panjang dari enam atau delapan baris.

e. Pendahuluan.

Sebuah laporan atau unsur yang dianggap sebagai latar belakang dari masalah yang akan dilaporkan.

f. Isi Laporan.

Isi laporan menyangkut inti persoalan, dan segala sesuatu yang bertalian langsung dengan persoalan tersebut.

g. Kesimpulan dan saran.

h. Bagian Pelengkap.

Merupakan bagian tambahan atau bagian Apendiks ( lampiran-

lampiran, surat perintah, foto-foto, peta ).

6. Bahasa Sebuah Laporan.

Bahasa yang dipergunakan dalam sebuah laporan formal haruslah bahasa yang baik, jelas, dan teratur. Yang dimaksud dengan bahasa yang baik tidak perlu berarti bahwa laporan itu harus mempergunakan gaya bahasa yang penuh hiasan. Tetapi sekurang-kurangnya dari segi sintaksis bahasanya teratur, jelas memperlihatkan hubungan yang baik antara satu kata dengan kata yang lain, antara satu kalimat dengan kalimat lain.

Laporan harus dapat dipahami dengan mudah. Pemakaian kata yang tepat untuk gagasan yang akan disampaikan merupakan unsur yang penting dalam gaya.

7. Laporan Buku.

Suatu macam laporan untuk kepentingan pendidikan atau perkuliahan di Perguruan Tinggi adalah apa yang dinamakan Laporan Buku. Laporan buku sebenarnya bertujuan untuk mendorong mahasiswa mambaca buku-buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan, serta meningkatkan kemampuan mereka memahami isi buku-buku tersebut.

Laporan buku tidak perlu mengikuti persyaratan bagi laporan formal, di samping itu laporan ini berbeda dari laporan-laporan lain karena ia tidak diperlukan oleh penerima laporan. Karena itu cukup bila terdiri dari bagian-bagian berikut : judul, Pendahuluan ( mencakup Surat Penyerahan dan Pendahuluan ), Isi Laporan, Kesimpulan dan Saran.

8. Penutup .

Mahasiswa, pelajar, karyawan atau siapa saja dapat melakukan apa saja yang telah diuraikan di atas. Observasi yang diadakan, baik secara perseorangan maupun secara berkelompok, akan bermanfaat bila disudahi dengan sebuah laporan. Bila laporan-laporan umum memperoleh bahan laporannya dari observasi, penelitian dan sebagainya, maka laporan buku memperoleh bahannya dari sebuah buku yang telah dibaca.

Baik laporan umum maupun laporan buku sebenarnya mempunyai titik singgung dengan ringkasan. Keduanya merupakan penyajian suatu pengetahuan yang lebih luas mengenai suatu hal, tetapi dibuat secara lebih singkat untuk maksud tertentu. Keduanya mempunyai perbedaan dengan ringkasan, yaitu ringkasan tidak mengandung pendahuluan dan kesimpulan.

Sumber : Gorys, keraf . 1994 . Komposisi . NTT . Penerbit : Nusa Indah .